Al Hambra Menjulang di Atas Bukit Granada
ISTANA megah nan indah itu berdiri kukuh di puncak bukit Granada. Namanya: Al Hambra. Berasal dari bahasa Arab yang berarti merah. Hal itu merujuk pada tanah liat sebagai bahan baku bangunan yang berwarna merah. Istana yang dibangun pada abad ke-12 tersebut menjadi simbol keagungan budaya serta peradaban Islam pada zaman itu.
Al Hambra berada di bukit setinggi sekitar 100 meter. Perjalanan menuju tempat tersebut melalui jalan menanjak dan berkelok. Dari pusat Kota Granada, butuh waktu sekitar 30 menit menuju Al Hambra dengan mobil. Jalan menuju Al Hambra berada di tepi bukit cadas dengan pemandangan indah di sisi yang lain.
Meski berada di bukit batu, kawasan sekitar Al Hambra begitu asri. Istana tersebut dikelilingi aneka pepohonan. Di jalan masuk menuju Al Hambra berdiri pohon apel dan delima. Di dalam kompleks istana tumbuh pohon zaitun dan jeruk. Lantai istana terbuat dari batu yang disusun sedemikian rupa sehingga seperti lukisan buah delima.
Sulit membayangkan bagaimana istana megah itu dibangun lebih dari 700 tahun silam. Sebab, medan di sekitar Al Hambra sangat berat. Lereng bukit berbatu itu sangat curam. Tidak mudah mengangkut material bangunan menuju lokasi. Kalau sekarang kendaraan bisa dengan mudah mencapai karena jalannya sudah mulus, situasinya berbeda dengan tujuh abad lalu. Namun, di tengah beragam kesulitan itu, akhirya terciptalah Al Hambra sebagai istana yang indah.
Awalnya, Al Hambra dibangun Raja Granada Mohammed bin Al-Ahmar sebagai istana peristirahatan. Lokasinya memang cocok karena berada di puncak bukit. Dari tempat itu tersaji pemandangan yang memesona. Pada 1333, Sultan Yusuf I yang menjadi penguasa Granada menjadikan Al Hambra sebagai istana kerajaan. Sultan Granada berasal dari Damaskus, Syria.
Dari depan, Al Hambra tampak tidak meyakinkan. Seperti bukan istana. Biasa saja. Ada taman ala kadarnya di pelataran menuju bagunan pertama Al Hambra. Beberapa pohon jeruk dan zaitun menghiasi taman itu. Ada pula kolam kecil yang airnya tidak seberapa bening. Keindahan baru tersaji saat kita memasuki bagian dalam Al Hambra.
’’Orang-orang dulu memang sengaja membuatnya seperti itu. Dari luar tampak biasa, namun indah di dalamnya,’’ kata Francisco Jose, pemandu wisata di Al Hambra.
Nuansa Islam begitu kuat dengan adanya kaligrafi di sepanjang dinding bangunan. Tulisan Arab juga menghiasi pilar serta atap. Kebanyakan berisi lafal nama-nama Allah SWT. Ukirannya sangat detail dan penuh warna. Ada biru, hijau, merah, dan kuning.
Semakin ke dalam, keindahan Al Hambra semakin terlihat. Setelah keluar dari ruang pertama, ada tempat yang lebih indah. Bentuknya hall terbuka dengan kolam ikan di bagian tengah. Kolam tersebut memanjang dengan ukuran sekitar 3 x 20 meter. Sekilas, bentuk bangunan itu seperti Taj Mahal di Agra, India.
Ornamen yang menghiasi dinding ruangan juga jauh lebih indah daripada ruangan pertama. Di situlah sultan menerima tamu-tamunya. Di tempat itu juga ada ruang salat. Mihrabnya dihiasi kaligrafi. Pengunjung tidak bisa masuk. Hanya bisa melihat dari jarak 1,5 meter.
Ruangan berikutnya berfungsi sebagai rumah. Karena itu, sifatnya lebih pribadi. Ada kamar mandi dengan air yang mengalir dari gunung. Di bagian tengah ada air mancur yang dihiasi patung 12 singa. Hal itu menandakan 12 angka pada jam. Lokasi tersebut menjadi favorit para pengunjung untuk berpose.
Keluar dari ruangan itu, ada taman mungil yang rindang. Pohon cemara dan jeruk berjejer rapi menghiasi taman. Ada pula air mancur di bagian tengah. Suasananya sejuk. Di antara ruang mandi dan taman, ada tempat khusus yang tertutup. Itu adalah tempat untuk sauna atau mandi uap.
Di belakang kompleks Al Hambra terdapat kebun mawar. Lumayan luas. Ada mawar merah dan putih. Kebun mawar itu merupakan pintu masuk menuju taman yang lebih besar. Di sepanjang jalan menuju taman terdapat bunga jasmine. Aromanya yang segar mengiringi perjalanan pengunjung.
Ornamen Al Hambra terbuat dari berbagai unsur. Ada kayu, keramik, dan batu. Ada pula bahan khusus yang didatangkan dari peradaban Romawi, sedangkan kayunya dari Lebanon.
Ukiran serta tekstur yang menghiasi dinding serta pilar Al Hambra mencerminkan tingginya seni arsitektur saat itu. Alirannya beragam. Tidak hanya bernuansa Islam. Ada pula pengaruh budaya Romawi. Karena dimakan usia, beberapa kaligrafi sudah rusak dan tidak terbaca. Di beberapa bagian terpasang jaring untuk menahan bagian dinding agar tidak runtuh. Pengunjung dilarang menyentuh dinding di sejumlah tempat yang dianggap rawan rusak.
Gerusan zaman membuat usia bangunan semakin tua. Ada ruangan di lantai dua yang tidak boleh dimasuki pengunjung karena dikhawatirkan bisa rusak. Andai ada lebih dari 20 orang yang memasuki ruangan itu, dinding ruangan tersebut bisa roboh. Hal itu dibuktikan dengan jutaan pengunjung Al Hambra yang membuat beberapa bagian bangunan rusak. Salah satunya lantai. Dalam kurun waktu tertentu, lantai bangunan harus diganti. ’’Bayangkan, setiap hari ada sekitar 7.500 orang yang mengunjungi tempat ini,’’ kata Francisco.
Al Hambra bernasib sama dengan Mezquita Cordoba. Setelah Islam tidak lagi berkuasa, Al Hambra harus menerima kenyataan menjadi bagian dari penguasa baru. Pada pertengahan abad ke-14, nasrani menaklukkan Granada. Masa itu disebutReconquista.
Penguasa yang baru membangun istana serupa di kompleks Al Hambra. Namanya Palacio Charles V. Itu adalah istana yang dibangun Raja Charles V dari Romawi. Berbeda dengan Al Hambra yang bagian depannya terkesan apa adanya, istana Raja Charles V terlihat megah. Bentuknya mirip istana masa Romawi dengan hiasan pilar-pilar besar.
Bagian dalam istana tersebut berbentuk bulat mirip Collosseum di Roma, Italia. Tempat itu menjadi pilihan bagi Raja Charles V untuk berbulan madu dengan permaisuri. Dia juga menambahi bangunan Al Hambra dengan sentuhan Romawi. Kini istana Raja Charles V digunakan untuk panggung konser musik klasik dan opera.
Setelah ratusan tahun berlalu dan Islam tidak lagi berkuasa, keberadaan Al Hambra tetap berkesan. Nama Al Hambra digunakan untuk banyak hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari di kota berpenduduk sekitar 250 ribu jiwa tersebut. Al Hambra menjadi nama hotel, jalan, atau toko dan restoran. Al Hambra juga terpampang dalam gambar kartu pos serta aneka suvenir tentang Granada.
Al Hambra adalah destinasi wisata nomor satu di Granada. Pengunjung dikenai tiket masuk 15 euro atau sekitar Rp 240 ribu, lebih mahal daripada mengunjungi Mezquita Cordoba. Dengan luas lebih dari 3,5 hektare, kompleks Al Hambra memberikan pemandangan dan kepuasan tersendiri bagi pengunjung. Butuh waktu sekitar dua jam untuk menuntaskan perjalanan mengelilingi Al Hambra. (*)
Sumber :
http://www.jawapos.com/baca/artikel/2853/Al-Hambra-Menjulang-di-Atas-Bukit-Granada